Main Article Content

Abstract

Konsep desa wisata di Indonesia saat ini terus mengalami
perkembangan yang signifikan. Kabupaten Sleman, sebagai salah satu Kabupaten
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah yang memiliki
kontur geografis beragam dan memiliki banyak destinasi desa wisata. Dinas
Pariwisata Sleman mencatat pada tahun 2019 desa wisata yang terdapat di
Kabupaten Sleman berjumlah 47 mulai dengan status rintisan, tumbuh,
berkembang, dan mandiri. Desa Wisata Gamplong salah satunya, merupakan
bagian dari 47 desa wisata yang terdapat di Kabupaten Sleman dan juga mampu
menyandang status desa wisata mandiri. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa
bahwa dalam aspek perencaaan, desa wisata Gamplong sudah memiliki langkah
perencanaan yang baik dan matang dan strategis. Namun dalam pelaksanaan dan
upaya pengembangan masih terdapat kendala yang cukup berarti. Mulai dari
pandemi, penyamaan persepsi dengan stakeholder, hingga terkait dengan
keberpihakan.

Keywords

Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Article Details

References

  1. Adi dan Purwanto. (2006). Analisis Pengaruh Implementasi Relationship Marketing Di Sebuah
  2. Penyedia Jasa Internet Di Karanganyar Pada Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Pelanggan
  3. dan Kualitas Pelayanan. Fokus Manajerial, Volume 4. Nomor 1. Halaman 14-22.
  4. Arsyad, S dan Rustiadi. (2008). Penyelamat Tanah, Air, dan Lingkungan. Jakarta : Yayasan Obor
  5. Indonesia.
  6. Astarina ,Yesita. (2010). Manajemen Pariwisata. Makalah. Pagaralam. Retrieved from kata data
  7. website https://katadata.co.id/berita/2018/12/10/2018-potensi-desa-wisata-naikmenjadi-1734-unit.
  8. Idrus, Muhammad. (2009). metode penelitian ilmu sosial ,pendekatan kualitatif dan. Kuantitatif
  9. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
  10. Jakti Putri, Hemas Prabawati dan Manaf, Asnawi. (2013). Faktor – Faktor Keberhasilan
  11. Pengembangan Desa Wisata Di Dataran Tinggi Dieng. Teknik PWK. Volume 2. Nomor 3.
  12. Halaman 559-568.
  13. Kemenparekraf. (2021). Desa Wisata Terus Tumbuh Sebagai Pariwisata Alternatif. Retrieved
  14. from kemenparekraf website https://kemenparekraf.go.id/kebijakan/Desa-WisataTerus-Tumbuh-Sebagai-Pariwisata-Alternatif
  15. Kurnia Purmada, Dian dkk. (2016). Pengelolaan Desa Wisata Dalam Perspektif Community Based
  16. Tourism. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Volume 32 Nomor 2.
  17. Partisipasi Lokal Dalam Membangun Desa Wisata Di Dieng Plateau. Jurnal Kawistara. Volume 2.
  18. Halaman 225-328.
  19. Rahmaniyah, Istighfarotur. (2010). Pendidikan Etika, Malang: UIN Maliki Press.
  20. Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu. Sosial Humaniora
  21. Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  22. Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.
  23. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
  24. Bandung: Alfabeta.
  25. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  26. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
  27. R&D).Bandung : Alfabeta
  28. Titi Raharjana, Destha. (2012). Membangun Pariwisata Bersama Rakyat: Kajian Partisipasi Lokal
  29. Dalam Membangun Desa Wisata Di Dieng Plateau. Kawistara, Volume. 2. Nomor 3.
  30. Zaenal Mustaqim, Ade. (2017). Pengembangan Desa Wisata dan Pembangunan Pariwisata
  31. Berkelanjutan. Retrieved from wisatahalimun website
  32. https://wisatahalimun.co.id/pengembangan-desa-wisata.